Isnin, 2 Mei 2011

5.0 POLARASI HUBUNGAN DALAM KONSEP HAK ASASI MANUSIA

Kemuncak perjuangan kemanusiaan itu telah menghasilkan perubahan yang sangat luas dan menyeluruh pada pertengahan abad ke-20 dengan munculnya gelombang ketuanan sendiri di seluruh dunia dan menyaksikan terbentuknya negara-negara baru yang merdeka dan berdaulat di seluruh dunia.

Sejarah manusia telah memasuki abad ke-21. Menjelang berakhirnya abad ke-20, kita telah menyaksikan berbagai pergolakan yang terjadi di mana-mana yang secara dasarnya boleh membawa kepada ketidakadilan serta ketidakbebasan seperti yang pernah dialami oleh manusia pada era kolonial.

Hubungan kekuasaan antara negara dan aliran perjuangan di zaman dulu dan sekarang mengalami perubahan dari segi struktur. Dulu, hubungan antarabangsa dimainkan oleh kerajaan dan rakyat yang terbahagi kepada hubungan Kerajaan dengan Kerajaan,dan Rakyat dengan Rakyat. Sekarang, pola hubungan itu berubah menjadi bervariasi, seperti Kerajaan dengan Rakyat dan sebagainya. Ini adalah bergantung kepada samada kekuatan terletak pada institusi kerajaan atau kekuatan perseorangan rakyat biasa. Bahkan suatu pemerintahan negara lain dapat bertindak untuk melindungi warganegara dari negara lain atas nama perlindungan hak asasi manusia (suaka politik).

Masalah yang kita hadapi ini adalah kerana pemahaman terhadap konsep hak asasi manusia itu haruslah dilihat dalam konteks 'relationalistic perspectives of power' yang tepat. Bahkan, konsep hubungan kekuasaan itu sendiripun juga mengalami perubahan berkenaan dengan kenyataan bahwa elemen-elemen kekuasaan itu dewasa ini tidak saja terikat dengan kedudukan politik malah juga berhubung rapat dengan kekuasaan pada sumber ekonomi, dan teknologi industri yang memainkan peranan yang makin penting dewasa ini. Oleh karena itu, konsep dan prosedur-prosedur hak asasi manusia dewasa ini selain harus dilihat dalam konteks hubungan kekuasaan politik, juga harus dikaitkan dengan konteks hubungan kekuasaan ekonomi dan industri.

Prosedur hak asasi manusia boleh dikaitkan dengan persoalan-persoalan:
1. Kekuasaan dalam hubungan antara negara yang dewasa ini dapat dikatakan sangat tidak adil, dan cenderung hanya menguntungkan negara-negara maju ataupun negara-negara yang menguasai dan mendominasi proses-proses pengambilan keputusan dalam berbagai forum dan badan-badan internasional, baik yang menyangkut kepentingan-kepentingan politik maupun kepentingan-kepentingan ekonomi dan kebudayaan.
2. Kekuasaan yang tidak demokratis di kalangan negara-negara yang menerapkan sistem otoritarianisme yang hanya menguntungkan segelintir kelas penduduk yang berkuasa ataupun kelas penduduk yang menguasai sumber-sumber ekonomi.
3. Hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara pemodal dengan pekerja dan antara pemodal dengan pengguna dalam bidang perindustrian.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pola hubungan 'atas-bawah', baik pada peringkat tempatan, nasional, maupun global antara lain adalah faktor kekayaan dan sumber-sumber ekonomi, politik, tingkat pendidikan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, nama baik, dan kekuatan fizikal, termasuk kekuatan ketenteraan. Makin banyak faktor-faktor tersebut di atas dikuasai oleh seseorang, atau sekelompok orang ataupun oleh suatu bangsa, makin tinggi pula kedudukannya dalam stratifikasi atau peringkat pergaulan bersama. Di pihak lain, makin tinggi peringkat seseorang, kelompok orang ataupun suatu bangsa di atas orang lain atau kelompok lain atau bangsa lain, makin besar pula kekuasaan yang dimilikinya serta makin besar pula potensinya untuk memperlakukan orang lain itu secara sewenang-wenang demi keuntungannya sendiri. Dalam hubungan-hubungan yang tidak seimbang antara negara maju dengan negara membangun, antara suatu pemerintahan dengan rakyatnya, dapat dapat mencetuskan ketidakadilan yang mendorong munculnya gerakan perjuangan hak asasi manusia dimana-mana. Karena itu, salah satu aspek penting yang tak dapat dibuang erkenaan dengan persoalan hak asasi manusia adalah bahwa persoalan ini berkaitan erat dengan dinamika 'perjuangan kelas' (istilah Karl Marx) yang menuntut keadilan

Tiada ulasan:

Catat Ulasan